Senin, 10 September 2012
Griya Mas Tamjis
Rencana pembuatan rumah memori - griya mas tamjis di lahan milik mas tamjis (alm) yang dikelola oleh putranya yang berisi dokumentasi almarhum, rumah tauladan yang berisi ilmu - ilmu kehidupan dan pesan suri tauladan sang almarhum, rumah motivasi, rumah pendidikan
Jumat, 07 September 2012
Sekilas Pandang - Sejarah Keluarga Mas Yis
Bapak Tamjis setelah kembali dari Rusia tahun 1966 kemudian menikah dengan gadis yang berasal dari Jogjakarta yang bernama Ibu Sumi Rahayu (Alm) yang wafat tahun 1996 dan dikaruniai 4 orang anak, dua orang meninggal dunia sewaktu masih kecil dan kebetulan kembar laki - laki bernama Prabowo dan Pranomo. Dua orang lagi yaitu : Tining Nursanti Novalita ( Bojonegoro ) dan Sigit Panggah Pramataji ( Bogor ). Sejak kecil sampai kuliah tinggal di Muntilan ( Magelang ) dan Jogjakarta dan menuntut ilmu di Rusia dari tahun 1962 - 1966 kemudian ditugaskan di Surabaya sejak tahun 1970 menempati rumah dinas di Ujung - Surabaya. Di akhir hayatnya Bapak Tamjis tinggal di desa terpencil yaitu Daerah Dawar Blandong - Mojokerto dan terpenuhi keinginannya sebelum wafat yaitu dekat dengan rakyat ( Sebuah catatan kecil - Sigit Panggah )
Rabu, 05 September 2012
Foto Keluarga Tjokrosenjoyo
Bapak Ir.Tamjis yang berpeci dengan adik - adik dan kakaknya ( Bapak Tamjis adalah sosok yang serius dan gemar bercanda, di keluarganya dikenal dengan sebutan " MAS YIS ",yang akhirnya semua ikutan memanggil beliau dengan sebutan MAS YIS
Keluarga besar Tjokrosenjoyo - Tjokrosumarto berfoto bersama tahun 1979 pada saat wafatnya Kakek kami - Ayah Kami : Bapak Sadimin Tjokrosenjoyo di halaman depan rumah leluhur keluarga Tjokrosenjoyo di Dusun Gerangan - Desa Sriwedari - Kecamatan Muntilan - Kabupaten Magelang
PRINSIP - PRINSIP NILAI KEHIDUPAN ( Ir.Tamjis, M.Sc ) - Mas Yis
Prinsip - prinsip nilai yang diajarkan oleh Bapak Ir.Tamjis :
Mental
1.Jujur
2.Baik terhadap semua orang
3.Tidak sombong / membumi
4.Rela menolong dan membantu
5.Berani asal benar
6.Disiplin
Attitude dan Performance
1.Sopan Santun
2.Ramah
3.Informatif
4.Sederhana
Prinsip hidup
1.Teguh dalam berprinsip
2.Tidak goyah kalau yakin itu benar
3.Menjadikan ilmu sebagai sandaran utama hidup
Mental
1.Jujur
2.Baik terhadap semua orang
3.Tidak sombong / membumi
4.Rela menolong dan membantu
5.Berani asal benar
6.Disiplin
Attitude dan Performance
1.Sopan Santun
2.Ramah
3.Informatif
4.Sederhana
Prinsip hidup
1.Teguh dalam berprinsip
2.Tidak goyah kalau yakin itu benar
3.Menjadikan ilmu sebagai sandaran utama hidup
Senin, 03 September 2012
SEBUAH MEMOAR TENTANG SANG PEMIKIR - KONSEPTOR DAN IDEALIS ( Catatan Biografi Ir.Tamjis, M.Sc )
Kisah ini berawal dari Surabaya dari sebuah rumah dinas di kawasan daerah basis Angkatan Laut - Ujung - Surabaya, dimana saya dibesarkan oleh ayah saya, bapak tamjis yang saya kenal adalah seseorang yang tegas, disiplin, mandiri, penuh dengan tantangan. Sejak kecil saya sudah dididik dengan lingkungan militer yang kental sebagaimana saya tahu bapak adalah salah satu perwira yang dididik di Rusia yang saat itu terkenal dengan kedisiplinannya. Boleh dibilang kehidupan saya, bisa dikatakan lebih militer daripada militer yang sebenarnya. Pola hidup yang disiplin sudah saya kenal sejak kecil, mulai dari belajar, beribadah sampai pola makan dan olahraga semua serba teratur. Belum lagi omelan - omelan yang terkadang saya bandel selalu menghiasi hari - hari saya dan hukuman - hukuman ketika indispliner, namun hukuman - hukuman itu sesuai dengan usia saya pada saat itu dan bukanlah tindak kekerasan tapi sikap kedisiplinan.Tidak jarang saya disuruh push - up ketika saya tidak disiplin dan melanggar aturan yang telah ditentukan. Pada sisi lain saya semenjak kecil sudah dibiasakan berolahraga secara disiplin tiap hari yaitu lari aerobik yang mengharuskan saya melahap 2,5 km lari tanpa berhenti, disamping itu saya waktu kecil mengidap penyakit flex (bronchitis) sehingga olahraga adalah kegiatan rutin saya tiap pagi. Belum lagi kalau malam ada namanya " jam belajar " yang sudah ditentukan setiap hari yaitu dari jam 19.00 - 21.00, setelah itu harus menonton tayangan dunia dalam berita.Tidak ada istilah tidak masuk di sekolah kecuali kalau kita sudah betul - betul sakit. Setelah pulang sekolah, juga tidak ada namanya jam tidur siang semua harus ada kegiatan, karena saya sudah dibiasakan dengan stamina yang prima dan dikecualikan lagi kalau saya benar - benar sudah capek. Tak pelak juga akhirnya di usia SD saya banyak kegiatan mulai dari ikut sanggar lukis, tenis meja dan di usia itu sudah berprestasi. Kegiatan itu saya alami dari SD sampai SMP,belum lagi kegiatan - kegiatan yang saya jalani di SD atau SMP itu sendiri. Menginjak SMA kegiatan pun harus diikuti sebanyak - banyaknya sesuai dengan saran ayah saya, mulai dari ikut klub atletik, klub renang, tenis meja dan tenis lapangan selain hari - hari saya rutin olahraga lari dan kegiatan internal di SMA. Ayah saya mengidolakan tokoh pewayangan Bima atau Werkudara dan anaknya kepingin gagah perkasa seperti tokoh yang diidolakan oleh sang Ayah.Saya juga dididik untuk menjadi seorang yang universalis seperti yang saya alami sekarang, bahkan berharap prestasinya melebihi bapaknya. Akhirnya segala macam training, olahraga, penempaan diri terus diajarkan kepada saya agar bisa menjadi pemikir-idealis-konseptor-atlit(olahragawan). Sebaliknya jika kita kilas balik sejarah bapak tamjis berdasarkan penuturan - penuturan beliau dan cerita - cerita semasa kecil bapak tamjis dimana beliau banyak menghabiskan waktu untuk belajar, ke sawah, mengaji dan mengasuh adik - adiknya dan beliau juga dididik kakek saya dengan kehidupan yang keras juga. Sebenarnya tidak banyak waktu beliau untuk belajar karena harus ngemong adik-adiknya dan membantu di sawah, sehingga waktu belajarnya sambil ke sawah dan mengasuh. Bahkan pernah beliau dihukum oleh ayahnya (kakek) mukanya di'basuh'dengan kotoran kerbau karena melakukan kesalahan, tetapi bapak tidak pernah sakit hati. Banyak kejadian - kejadian baik lucu dan menyeramkan waktu semasa kecil dan muda. Pada suatu saat bapak pernah mengasuh dua adiknya yang laki - laki, yang satu memang agak nakal. Kejadiannya adalah pada saat ngemong mereka, yang adik satunya jahil, jd pas lagi bermain - main, dilemparlah sarang tawon dan alhasil tawonnya keluar semua dan menyengat adiknya yang satu sedangkan bapak juga lari terbirit - birit meninggalkan adiknya. Hasilnya adalah bapak yang dihukum sama kakek karena terjadi peristiwa tersebut, namun tidak membuat bapak meratap atau bersedih, tapi malah senang karena menjadi bahan cerita yang lucu. Pada cerita lain suatu saat bapak disuruh menjaga sawah semalaman, karena waktu itu masih ada babi hutan yang merusak sawah, dan beliau berjaga malam itu, pada tengah malam beliau melihat ada mata yang menyala di malam hari, dan betul memang yang datang adalah harimau, kemudian bapak berpura - pura meninggal di sawah dengan tidak benafas, harimaunya lalu cuma mengendus sesaat dan langsung pergi. Cerita yang lain lagi adalah ketika pulang dari kota pada malam hari, pada saat melewati kuburan tiba - tiba di depannya ada mata menyala lagi, dan dikira harimau, bapak sudah pasrah dan berdiam diri, ternyata bukan harimau hanya seekor tupai malam. Bahkan pernah suatu waktu beliau bertemu ular sawah yang gedenya sepohon kelapa sedang melintas di jalan dengan ukuran yang sangat panjang, dan beliau menunggu lama sampai ular itu lewat semuanya. Pada waktu muda bapak juga menjadi pengurus musholla/langgar dan rajin sholat disana serta mengaji. Yang lucu lagi adalah kejadian ketika lulus sekolah, dengan senang sekali memacu sepedanya dengan cepat kepingin buru - buru menunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada saat ngebut tiba - tiba ada kerbau lari melintas dan ditubruklah kerbau itu. Untung tidak apa - apa, cuma lecet - lecet sedikit. Semasa muda dan kuliah banyak dilalui di Jogjakarta karena beliau berkuliah di UGM mengambil jurusan teknik elektro/arus lemah. Beliau adalah seseorang yang disiplin, mempunyai prinsip kuat dan teguh, mengajarkan banyak tentang kehidupan baik secara religi maupun kultur dan kehidupan sosial. Selepas lulus sarjana muda beliau mengikuti test perwira angkatan laut dan diterima sebagai perwira angkatan laut dan ditempatkan di Pendidikan Tjalon Perwira Angkatan Laut (PTj.PAL) sebagai kepala bengkel. Tak lama ada ada test untuk meneruskan jenjang kependidikan setingkat strata satu di Rusia, dan beliau ikut dan diterima. Selama tahun 1962 - 1966 berada di Rusia dan akhirnya beliau juga mendapat Magister of Science dari Rusia, namun sewaktu kembali gelar M.Sc-nya tidak pernah dicantumkan. Sekembalinya dari sana kemudian ditempatkan di Komando Pendidikan Angkatan Laut ( KOBANGDIKAL - KODIKAL) di Pusat Pendidikan Elektronika dan menjadi tentor/pengajar. Setelah dari KODIKAL lalu ditempatkan di LANTAMAL 3 dan tercatat sebagai Ketua Fraksi ABRI Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat 2, Pasuruan (1987-1992) dan di Gresik (1982-1997).Di tahun 1997 kemudian pensiun dan ingin kembali ke desa untuk ikut membangun di desa, banyak tawaran yang menggiurkan menjadi pejabat beliau tolak dan memilih mengabdi loyal kepada kesatuan dan kepada rakyat. Sosok bapak Ir.Tamjis adalah seseorang yang patut dijadikan suri tauladan, seorang yang mempunyai prinsip sederhana dalam hidupnya, tegas dalam pendirian, pekerja keras, loyal terhadap negara, mempunyai jiwa bijak dan persatuan, dekat dengan masyarakat, bertanggung jawab, santun, tidak sombong, selalu mengajarkan kehidupan yang lurus, baik, jujur, disiplin baik di keluarga maupun di masyarakat.(Sigit Panggah P-Putra Ir.Tamjis)
Minggu, 02 September 2012
Rumah Leluhur Keluarga Tjokrosenjoyo
Rumah Leluhur Keluarga Tjokrosenjoyo di Dusun Gerangan-Desa Sriwedari-Kecamatan Muntilan-Kabupaten Magelang ( Rumah keluarga - rumah tinggal dan bernaung bapak Ir.Tamjis dari kecil sampai lulus kuliah )
SILSILAH KELUARGA Ir.TAMJIS, M.Sc
|
|
Ir.Tamjis ( Alm)--------Sumi Rahayu ( Alm )
|
|----- Tining Nursanti Novalita ( Bojonegoro ) |
|----- Sigit Panggah Pramataji ( Bogor )
Jumat, 31 Agustus 2012
Mengenang Letkol (Pur) Ir.Tamjis,M.Sc (Alm)
Bapak Tamjis dilahirkan di Muntilan, Magelang tanggal 14 Agustus 1940, bapaknya yaitu Bapak Sadimin Tjokrosenjoyo adalah seorang petani di Dusun Gerangan, Desa Sriwedari, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Bapak Tamjis anak kedua daru 9 bersaudara dan dibesarkan dalam lingkungan pedesaan dengan kehidupan sebagai anak petani dan bersekolah di SR (Sekolah Rakyat), SMP, SMA bagian B ( Pasti Alam ). Setelah menamatkan sekolah SMA-nya bapak Tamjis melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta dengan mengambil jurusan teknik arus lemah ( elektronika ). Gelar sarjana mudanya diraih pada tahun 1962 dan langsung mendaftar sebagai perwira angkatan laut dan diterima dengan korps elektronika. Pada tahun yang sama mendapat kesempatan melanjutkan jenjang kependidikan S1 dan S2 ke Uni Sovyet, Rusia. Pendidikan yang ditempuh adalah di bidang elektronika pengkhususan bidang telekomunikasi, radar dan sonar. Tahun 1966 kembali ke Indonesia untuk mengabdi di instansinya yaitu TNI - AL dan bertugas di beberapa instansi TNI-AL mulai dari PT PAL, KODIKAL dan LANTAMAL 3 di Surabaya. Selama mengabdi di TNI - AL beliau adalah sosok yang disegani dimana di instansi tersebut selain sebagai praktisi di bidangnya juga sebagai pemikir-konseptor sekaligus pengajar. Pada akhir jabatannya beliau lebih mengabdi kepada negara dengan mencatatkan diri sebagai anggota dewan perwakilan rakyat kabupaten dan lebih mengabdi kepada masyarakat. Setelah pensiun beliau sudah bertekad untuk kembali ke desa, membantu rakyat desa membangun desa dengan sumbangan pemikiran - pemikiran beliau baik di desa tempat lahir dan desa dimana sampai akhir hayatnya beliau mengabdi. Banyak ide - ide, pemikiran - pemikiran yang belum sempat dipublikasikan ke masyarakat baik dalam perilaku, sikap dan pikiran. Beliau saya kenal sebagai sosok militernya kental dengan disiplin, pendidik (guru), demokrat, selain sebagai seorang ayah yang tegas serta bijak www.youtube.com/watch?v=RB28Kn08B8w
Tentang Priyayi
Etimologi
Kata priyayi konon berasal dari dua kata Jawa para dan yayi yang secara harafiah berarti "para adik". Yang dimaksud adalah para adik raja. Namun Robson (1971) berpendapat bahwa kata ini bisa pula berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta priyā, yang berarti kekasih.Strata
Golongan priyayi tertinggi disebut Priayi Ageng (bangsawan tinggi). Gelar dalam golongan ini terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu kehormatan. Beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja yaitu Raden.Gelar seorang priyayi juga dapat meningkat seiring dari usianya. Misalnya ketika seorang anak laki-laki lahir diberi nama Bomantara, ia bergelar Raden Mas, jadi nama lengkapnya adalah Raden Mas Bomantara, ketika menginjak akil balik gelarnya bertambah satu kata menjadi Bandara Raden Mas, ketika menapak dewasa (18 atau 21 tahun) bertambah lagi menjadi Bandara Raden Mas Aryo. Pada saat dewasa dan telah memiliki jabatan dalam hierarki kebangsawanan, ia akan memiliki gelar yang berbeda dari gelar yang telah ia miliki. Misalnya ia menduduki jabatan pemimpin ksatrian maka gelarnya akan berubah menjadi Gusti Pangeran Adipati Haryo. Dan setiap kedudukan yang ia jabat ia akan memilki gelar tambahan atau gelar yang berubah nama.
Priyayi baru
Pada awal abad ke-20, dengan semakin berkembangnya kebutuhan pemerintah Hindia Belanda akan birokrasi pribumi, orang-orang awan di luar trah darah biru mulai mendapat kesempatan untuk mencapai jabatan administratif tertentu dalam birokrasi pemerintahan, melalui jalur pendidikan dan kemampuan berbahasa Belanda. Jabatan juru tulis, jaksa, petugas pajak, guru, dan mantri umumnya dapat ditempati setelah mereka lulus pendidikan. Namun tetap terdapat pembatasan tak resmi untuk jabatan birokrasi tinggi seperti bupati, dimana tidak saja mempertimbangkan kecakapan dan ijazah resmi melainkan juga harus dari kalangan berdarah biru. Golongan priyayi dengan demikian berkembang menjadi dua lapisan, yaitu golongan priyayi tinggi (keturunan ningrat) dan priyayi rendah (priyayi sekolahan).Pengelompokan Clifford Geertz
Istilah priyayi menjadi terkenal saat Clifford Geertz melakukan penelitian tentang masyarakat Jawa pada tahun 1960-an, dan mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam tiga golongan: priyayi, santri dan abangan. Kelompok santri digunakan untuk mengacu pada orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama. Abangan digunakan untuk mereka yang bukan priyayi dan juga bukan santri. Namun penggolongan ini tidaklah terlalu tepat, karena pengelompokkan priyayi - non priyayi adalah berdasarkan garis keturunan seseorang, sedangkan pengelompokkan santri - abangan dibuat berdasarkan sikap dan perilaku seseorang dalam mengamalkan agamanya (Islam). ada priyayi yang santri dan ada pula yang abangan, bahkan ada pula yang non muslim ( Sumber : Wikipedia )Tentang Nilai Budaya Priyayi
Rate This
Istilah priyayi berasal dari kata “para yayi” yang berarti adik-adik raja. Namun demikian, istilah tersebut bukan hanya sebatas pada adik raja saja, melainkan juga meluas untuk kalangan yang berada di sekitar pusat kekuasaan, termasuk pegawai-pegawai kerajaan atau pemerintahan.
Beberapa pakar telah memberikan batasan tentang priyayi seperti R van Neil, Leslie H. Palmer, Clifford Geertz, Koentjaraningrat, Seomarsaid Moertono, serta Savitri Scherer. Dari pendapat para ahli tersebut priyayi pada dasarnya adalah status sosial yang didapat melalui upaya-upaya tertentu maupun karena keturunan. Priyayi terdiri atas orang-orang yang berada pada strata atas pada masyarakat Jawa yang memimpin, mengatur, dan menuntun masyarakat. Para pejabat pemerintahan pada masa kolonial Hindia Belanda, golongan profesional yang terpelajar dan terdidik, serta kerabat-kerabat penguasa, dalam hal ini bupati, wedana, dan sebagainya yang menduduki posisi-posisi penting adalah mereka yang disebut dengan kalangan priyayi.
Ditinjau dari aspek kebudayaannya, priyayi memiliki tata laku dan nilai-nilai hidup yang berbeda dengan masyarakat umum lainnya. Sebagai golongan elite, priyayi adalah pendukung kebudayaan warisan kraton pada masa yang lalu. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki oleh priyayi erat kaitannya dengan sastra Jawa klasik, wayang kulit tentang Mahabarta dan Ramayana, serta seni, baik seni batik, seni tari dan sebagainya. Priyayi Jawa memliki sumber etis dari serat, babad, dan karya-karya lainnya.
Aspek lain yang menjadi nilai budaya dari kaum priyayi dapat dilihat dari aspek budaya feodal. Pada masyarakat feodal, dikenal konsep patron-client. Dalam hal ini priyayi memiliki posisi sebagai patron. Sebagai patron kaum priyayi memiliki wewenang kuasa terhadap client, yang dilambangkan dengan berbagai macam simbol, seperti pakaian, rumah, hewan piaraan, upacara-upacara, pesta-pesta, serta berbagai atribut lainnya. Namun demikian, sebagai patron, sebenarnya priyayi juga memiliki kewajiban untuk melindungi kaum kecil serta memiliki semangat pengabdian untuk kepentingan bersama. http://sejarahkritis.wordpress.com/2012/04/10/tentang-nilai-budaya-priyayi/
Langganan:
Postingan (Atom)